Selasa, 24 Mei 2011

koin

“Udah gue bilang! Gue ngga bisa sama lo lagi! Kita udah putus!”

“Kenapa?” tanya Leta setengah berbisik menahan air mata yang sudah mengembun di pelupuk. “Ada cewek lain ya? Kata temen-temen, Bayu udah deket sama Siska. Bener khan? Trus artinya Leta buat Bayu selama ini apa?” teriak Leta tak bisa mengontrol diri lagi.

“Udah stop jangan nangis lagi depan gue Ta! Lo tuh kaya uang koin seratusan, lo ngga ada artinya lagi buat hidup gue Ta!”

Habis sudah semua kata-kata yang tadi ia siapkan. Kata-kata Bayu barusan membuatnya tertampar. Air mata yang mengembun itu akhirnya jatuh membasahi pipi Leta seiring dengan hilangnya sesosok Bayu dari pandangannya. Kini ia sendirian di taman belakang sekolah yang sunyi, sampai-sampai ia bisa mendengar suara desahan angin di sela-sela dedaunan membisikkan sebuah nyanyian perpisahan.

Masih melekat ingatannya, sepulang sekolah, saat itu Valentine ia memberikan sekotak coklat dan sweater coklat untuk Bayu. Seperti hari ini, ia juga menunggu Bayu di taman belakang sekolah yang bersebelahan persis dengan lapangan basket, tempat Bayu latihan tiap pulang sekolah. Kemudian Bayu yang ia tunggu-tunggu datang dengan senyumnya yang selalu cerah meskipun berliter-liter keringat telah membasahinya.

“Ada apa Ta?”

Tapi Leta terlalu malu sampai ia tak bisa berkata apa-apa lagi. Jantungnya berdegup terlalu keras sampai-sampai ia merasa mual, dan satu-satunya hal yang terpikir saat itu ada kabur setelah ia berikan kado berwarna merah hati kepada Bayu. Tapi siapa yang menyangka Bayu sudah meraih tangannya lebih cepat dari langkahnya. Ia sendiri juga kaget saat Bayu mengecup keningnya dan memeluknya untuk pertama kali. Dan hari itu pula ia akhirnya mimpinya tercapai, Ia yang terpilih untuk selalu menemani Bayu, bintang basket sekolah. Bayu dan Leta, tak ada satupun teman-temannya yang menyangka, bahkan tak ada yang menyukai hubungannya. Tapi sepertinya kini ia tahu, mengapa.

**

Leta duduk bersandar di kasurnya, sambil terus mentap kosong ke luar jendela. Cuaca diluar tak begitu cerah, matahari bersembunyi dibalik awan-awan tebal kehitaman yang sudang menggantung seakan-akan akan jatuh menimpa kota kecilnya. Tapi ia tak peduli, mungkin itu lebih baik bagi Leta, seperti lagu Dewiq yang ia putar berulang-ulang “dunia sedang tak bersahabat…ingin kubawa hancur bersamaku”.

Ia raih ponselnya yang bergetar tanpa suara. Ternyata Dara, teman sebangku sekaligus sahabat yang ia butuhkan.

“Halo Ta? Gue tadi liat status facebook Bayu, in relationship tapi sama Ashanti Fransisca Sondeng. Kalian putus? Kapan? Kok lo ngga cerita sih? Halo…Ta… lo dengerin gue khan? Halo?” cerocos sahabatnya bertubi-tubi seperti biasanya.

“Hwaaaaaaaa……… gue udah diputusin Daaaaaaarrrr!!! Hwaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!”

Akhirnya Dara hanya bisa mendengarkan tangisan Leta tanpa henti, tanpa bisa ia tanya apapun, dan tanpa ia tahu kira-kira berapa menit atau jam lagi tangisan Leta akan berakhir. Ia sudah duga sebelumnya, hari ini cepat atau lambat pasti akan datang.

“udah belum nangisnya?”

“u..u..dah Dar” jawab Leta getir sambil menahan isaknya.

“Sekarang lo tau khan kenapa, gue sama anak-anak ngga ada yang suka sama Bayu. Bukan karena kita jealous lo bisa pacaran sama bintang basket. Tapi karena kita tahu track record si Bayu yang ngga bener. Oke gue jujur nih, menurut gue sama anak-anak, si anak tuyul itu tuh manfaatin lo selama ini. Masa lo ngga nyadar si Ta?” cerocos Dara kemudian sekaligus mengumpat Bayu mantan pacarnya. Dulu ia sedikit kesal tiap kali sahabatnya yang cablak itu menyebut pacarnya anak tuyul, bayi siluman, atau kadang babi ngepet. Tapi sekarang sebutan itu terasa begitu menyenangkan ditelinganya.

“manfaatin apa maksud lo?”

“Lo disuruh ngerjain tugas dia, lo disuruh jagain barang-barang dia pas basket, dia minta dibeliin ini itu, surprise buat ulang tahun dia. Pantesan aja lah dia mau sama lo!”

“maksud lo?”

“ya kalo lo ngga sebego itu dia ngga akan mau sama elo Letaaaa!! Heloooo please deh Ta, menurut lo cowok Playboy kacrut begitu bisa berubah secepet itu gara-gara cinta mati sama elo?! Wake up girls!! It’s the real life. Cowok ganteng, keren, anak basket lo bisa bayangin khan ceweknya kaya gimana? Anak cheers, bohai, cantik meskipun dua-duanya otak udang, but its look match!”

“Jadi bukan gara-gara dia sayang sama gue? Maksud lo, gue emang ngga cukup oke, akhirnya Bayu mutusin gue?”

Dara terdiam. Sepertinya ia berbicara terlalu banyak dari yang seharusnya.

“Hwaaaaaaaaaaaaa……. Gue emang ngga ada artinya buat dia Dar. Iya gue emang kaya duit koin seratusan, gue ngga ada artinya!!! Hwaaaaaaaaaaaaa…..!!”

Clek.

Sambungan telepon ditutup seketika oleh Leta. Dara benar-benar lupa sahabatnya itu baru saja putus cinta dan masih teramat sangat sensitif. Akhirnya ia hanya bisa berdoa kepada Tuhan, semoga Leta ngga bunuh diri abis ini.

**

Kembali duduk di dalam kamar yang penuh dengan taburan tisu bekas ingus, mendengarkan Dewiq mengutuk dunia mungkin hampir seratus kali, akhirnya Leta merasa bosan juga. Tiba-tiba saja ia merasa harus keluar kamar, rumah, kota mungkin kalau perlu. Ia raih jaket biru donker kesayangannya yang masih tergantung tertutup plastik laundry, tak lupa ia lilitkan syal abu-abunya untuk menghangatkan tubuhnya dari cuaca diluar yang kelihatannya dingin. Begitu diluar pagar ia tarik nafasnya dalam-dalam, ia mencium bau hujan yang begitu melekat dibawa angin. Mungkin sebentar lagi hujan, pikirnya. Ia lanjutkan langkah kakinya, tujuannya masih belum bisa ia pastikan, tapi ia ingin menenangkan pikirannya dulu.

Udara semakin dingin, ia masukkan kedua tangganya kedalam saku jaket, dan ia langsung terpana begitu melihat selembar uang seratus ribuan lecek masih ada di dalam saku jaketnya. Tanpa berpikir panjang ia langsung berjalan menuju Supermarket kecil yang berada diujung jalan raya.

“Sore mbak”

“Sore Mas, saya mau beliiii….” Jawab Leta bingung mencari sesuatu yang cukup menari untuk ia beli saat itu. “ Oh dompet uang koin ini Mas, tapi yang ukurannya agak besar, ada?”

“Yang segini ,mbak?” tanya kasirnya dengan tersenyum ramah.

“Yap! Ini uangnya, tapi kembaliannya pake uang koin ya Mas, nanti mau langsung dimasukin ke dompet” ujar Leta membalas senyuman ramah mas-mas kasir yang mendadak shock mendengar permintaan Leta.

**

“1, 2, 3, 4”

“mas buruan mas, lama banget!” teriak seorang ibu-ibu gendut dengan rambut keriting dan muka galak tampak tak sabar dan di setuji oleh beberapa pembeli yang lain.

“kalau mau tukeran koin khan bisa ntar mas. Bisa ngga kalau saya diduluin?” lanjut seorang bapak berkumis berusaha bersabar.

“iya maaf sebentar lagi selesai kok pak bu” jawab Leta sambil tersenyum manis dan mengipasi mas-mas kasir yang sudah keringetan daritadi menghitung uang koin ngga selesai-selesai.

“..5, 6,7,8 jadi delapan puluh ribu, ditambah tu,wa,ga,pat jadi delapan puluh empat ribu ya mbak” ujarnya lega.

“oke, makasih ya mas” jawab Leta tersenyum manis sekali seraya memasukkan semua uang koin di dalam dompet barunya.

Dengan diiringi gemerincing ribuan uang koin di dalam sakunya ia segera berjingkat-jingkat pergi. Hatinya menjadi ikut riang mendengar bunyi uang koin yang seakan-akan menambah irama langkah kakinya, meskipun orang di dalam supermarket tidak melihat seperti itu.

**

Keesokannya pagi-pagi sekali ia bangun, dan segera membereskan kamarnya yang berantakan oleh tissue bekas ingusnya kemarin. Ia buka jendela kamarnya yang tertutup kelambu kuning yang memang dibuat senada dengan warna cat tembok kamarnya.

Hari ini matahari sudah nampak, tak lagi tertutup awan seperti kemarin, membuatnya bersemangat untuk jalan-jalan lagi. Dan satu hal, ia ingin beli es krim, kemarin ia kepengen beli, cuma dia ngga tega ngomong ke mas kasir yang udah keliatan udah sedikit juling, menghitung uang koinnya.

Setelah mandi plus luluran plus keramas dan creambath mandiri, ia berdiri di depan lemari bajunya. Termangu memilih-milih baju apa yang ingin ia pakai hari ini. Akhirnya keputusan jatuh pada rok renda warna krem, dipadukan dengan jaket jeans belel dan stiletto biru andalan. Tak lupa ia bawa dompet koin barunya. Dan tas kanvas milik Dara yang ketinggalan sewaktu menginap dirumahnya. Hari ini ia tidak mau sedih, ia mau menikmati uang koinnya, dan tampaknya tidak seburuk yang ia bayangkan.

“permisi mas” sapanya kepada mas kasir yang langsung terpaku melihatnya.

Tapi Leta terlalu bahagia untuk memperhatikan mas kasir yang pucat pasi, ia segera ke arah lemari pendingin yang berisi berpuluh-puluh, mungkin beratus-ratus es krim. Dan pilihannya jatuh pada magnum yang terbungkus coklat tebal dengan creamy ice lembut di dalamnya. Air liurnya hampir saja terjatuh saat ia membayangkan ice cream magnum di mulutnya. Untung buru-buru ia tersadar dan segera meraih ice cream magnum yang membeku.

“ini mas, berapa?” tanyanya riang seraya mengeluarkan dompet koin nya yang mulai bergemerincing .

“sepuluh ribu mbak”

“Oke” jawabnya seraya mulai menghitung satu persatu uang koinnya. Dan seperti yang telah dikhawatirkan oleh mas-mas kasir itu, para pembeli sudah mulai mengantri dibelakang sementara Leta masih sibuk menghitung uangnya satu persatu.

“Maaf ya Pak, mohon ditunggu sebentar” ujar mas-mas kasir memelas. “mbak, mbak permisi ya… untuk hari ini saya beri gratis aja ice cream magnumnya, oke? Terima kasih. Silahkan maju pak. Maaf atas ketidak nyamanannya”

Leta terpaku, mendengar kata-kata mas kasir barusan. Ia melihat mas kasir itu sudah mulai melayani pembeli yang antri berada di belakang tanpa merasa berdosa. Tiba-tiba air matanya jatuh begitu saja. Ia genggam ice cream ditangannya, dan berlari keluar meninggalkan dompet beserta seluruh uang koinnya di meja kasir.

**

Leta menangis sejadi-jadinya di bangku taman tempat nenek dan kakek yang ia lihat kemarin. Andai saja bangku taman itu bisa bercerita mungkin ada lebih banyak lagi kisah yang bisa ia ceritakan tentang orang-orang yang pernah duduk di atasnya.

Hati Leta hancur sekali lagi. Air matanya terus menerus mengalir tak bisa ia hentikan, dan sialnya ingusnya pun juga ikutan keluar padahal tak ada selembar tissue pun yang ia bawa. Seorang cewek menangis di taman membuat terlihat sangat feminim dan melankolis, tapi tidak dengan ingus, begitu pikirnya. Itu bakal membuat orang melankolis tapi juga menjijikan.

“tissue?”

Tiba-tiba satu pack tissue tersodor di depan mukanya. Buru-buru ia ambil tanpa berpikir panjang lagi. Tapi ia langsung kaget begitu melihat mas-mas kasir lengkap dengan seragamnya lah yang datang membawakan tissue untuknya. Tapi Leta tak bisa berkata apa-apa, isak tangisnya masih di tenggorokan, ia tak bisa berkata sepatah katapun.

“sorry ya, tadi gue panik” ujarnya seraya menyodorkan sebuah dompet yang ia kenal. “ nih dompet lo, masih utuh kok isinya”

“thanks” akhirnya ia bisa mengucapkan sepatah kata juga. “ gue juga minta maaf ya snif..snif.. gue juga kurang ker..kerjaan banget pake tuker duit koin. Gue cuma mau ngebuktiin, snif..snif..kalau duit koin seratusan tuh ngga sejelek yang dibayangin cowok eh mantan gue”

Mas mas kasir itu masih terdiam tak mengerti dengan arah pembicaraan Leta. Leta menarik nafas panjang dan mulai menceritakan semuanya. Entah mengapa, ia merasa nyaman bercerita dengan mas mas kasir ini. Seperti ada tong sampahbesar untuk membuang semua keluh kesahnya yang meracuni otaknya.

“mantan lo itu salah, duit seratusan koin itu tetep penting kok! Setahu gue, klo beli di supermarket dan kurang seratus perak pun, berarti lo ngga bisa beli barang yang lo mau. Cuma kalau lo pake duit koin dimana-mana, itu namanya ngga efektif, itu beda artinya sama ngga penting loh!”

“thanks yah… eh nama gue Leta”

“ahahahahha iya lupa, belum kenalan kita ya…gue Noddie, orang sih biasanya cuma panggil Nod” jawabnya seraya tersenyum lebar. “ lo masih sekolah khan”

“Iya. Di Harapan Bangsa, lo?”

“gue kuliah di Global, eh tunggu bentar… tadi lo bilang cowok lo namanya Bayu? Anak SMA Harapan Bangsa, Atlet Basket juga?”

“Iya, kenapa emang?”

“jangan-jangan cowok lo itu selingkuhan mantan cewek gue”

“kata temen gue, ceweknya namanya Siska, anak SMA Merah Putih”

“hahahahahahahhahaha iya itu mantan cewek gue! Hahahahahah jadi cowok lo yang dia bilang lebih tajir daripada gue hahahahahahaha kenapa bisa begini ya?”

“Tajir apaan? Keliatannya aja tajir, orang sepatu basket, jaket, tas nike itu gue yang beliin! Dulu gue juga yang tiap hari anter jemput dia naik wonder gue!” sesaat Leta terdiam menyadari ucapannya barusan.

“hahahahahahhahahahhahahahahah . . . mantan gue ketipu donk!”

“hahahahahhahahhahahaha…. Ya dan gue juga baru sadar kalo mantan gue itu bener-bener ngga modal dan ngga ada apa-apanya!”

“dan sekarang dia dapet cewek matre hehehe…”

Leta tergelak, akhirnya untuk pertama kalinya setelah ia diputus ia bisa tertawa selepas ini, dan sudah tak ada lagi sakit hati. Uang koin yang ngga berharga ini, ternyata malah bernilai lebih dari seharusnya, karena membuatnya bertemu dengan Nod. Dan menurut Leta, Nod oke juga kok, meskipun ngga punya body atletis, meskipun matanya berbingkai sebuah kacamata tebal, dan rambut ikalnya berantakan tapi ia kelihatan lucu juga hehehe . . .

The End

3 komentar:

  1. yang ini juga orderan orang haheho...

    BalasHapus
  2. hmmm...bagus..bagus...tapi...tapi....

    BalasHapus
  3. alurnya oke.,kerenlah. tapi si leta meski msh sma terlalu labil.jd kan kurang real.
    tapi yang jelas tokoh dara dsini antagonis poooll.,mungkin menyesuaikan ama aslinya.haha

    BalasHapus